Peluncuran Buku Sejarah ‘’ Pertempuran Sukamara 1946”
Sukamarakab.go.id – Masih dalam suasana hari pahlawan 10 November, Pemerintah Kabupaten Sukamara meluncukan buku sejarah Pertempuran Sukamara 1946. Buku ini didedikasikan bagi perjuangan masyarakat Sukamara dalam mempertahankan kemerdekaan yang telah bertempur dengan gagah berani melawan tentara NICA.
Buku perjuangan para pahlawan ini diberi judul ‘’Sejarah Kepahlawanan Mempertahankan Kemerdekaan: Pertempuran Sukamara 1946’. Dalam buku ini terkandung pesan heroik para pemuda Sukamara yang tergabung dalam Angkatan Muda (AM) Sukamara yang dengan gagah berani melawan melawan penjajah yang ingin kembali menguasai wilayah Sukamara.
Dalam buku sejarah pertempuran Sukamara 1946, menceritakan perlawanan para pemuda Sukamara yang didasrkan pada prinsip hidup religius. Nilai-nilai ini dapat disaksikan pada poster-poster yang disebarluaskan ditengah masyarakat yakni “hidup merdeka mati syurga”. Tidak ada rasa takut terhadap NICA. Para pejuang dengan senjata seadanya, bahu membahu bersama rakyat menghadang dan melawan tentara NICA yang bersenjata lengkap. Mereka berbekal senjata apa adanya. Dari Dum-duman, sumpitan, hingga tombak dan parang.
Dalam kutipan buku tersebut diceritakan strategi perjuangan para pemuda yang memagari Sungai Jelai dengan kawat besi, dengan maksud untuk mencegah masuknya kapal tentara NICA. Pada pagi hari, Jumat, 25 Januari 1946 pasukan pejuang telah beberapa hari menanti kedatangan tentara NICA. Mereka bergantian berjaga di tepi Sungai Jelai. Namun setelah satu tembakan terdengar di udara. Para pemuda pejuang berlari menuju benteng-benteng perlindungan.
Dalam perang gerilya di Sungai Jelai menjadikan Sukamara sebagai salah satu neraka yang membahayakan nyawa tentara NICA. Menurut penulis sejarah Kalimantan Tengah Lontaan dan Sanusi mencatat serdadu NICA yang terbunuh dalam perang ini mencapai jumlah 200 orang.
Dalam agresi kedua dibulan april 1946 serdadu Belanda membuat strategi dengan mengepung Kota Sukamara dari 4 penjuru. Mereka kemudian membalaskan dendam atas kawan-kawannya yang terbunuh dengan membakar rumah-rumah warga, sehingga menjadikan Sukamara menjadi kota lautan api akibat kebiadaban belanda.
Tentara NICA terlebih dahulu melakukan aksinya Mereka membakar habis rumah penduduk. Pada waktu serangan ke Sukamara, Tentara NICA yang datang mempergunakan sebuah tongkang besar yang didayung oleh 12 orang suruhan dan upahan dari Manis Mata.
Saat memasuki kampung Sukamara itu, yang dilakukan pertama kali oleh tentara NICA adalah sebuah tindakan simbolik. Begitu menemukan markas Tentara Rakyat Indonesia (TRI), dan melihat bendera merah putih berkibar di depan markas itu, mereka menembaki tiang benderanya. Menurunkan bendera merah putih. Kemudian Bendera merah putih dirobek-robek, dan menggantikannya dengan tiga warna. Merah putih biru. Bendera Belanda. Penanda penundukan wilayah Sukamara menjadi wilayah kekuasaan mereka.
Meskipun tidak ada perlawanan masif seperti serangan pertama di bulan Januari, perlawanan kecil dan terpencar tetap dilakukan oleh pejuang di Sukamara dan sekitarnya. Perlawanan dari anggota Pasukan TRI dan Angkatan Muda cukup berarti, bersifat pencegatan, membuat repot, lalu menghilang.
Setelah Belanda dapat menduduki Sukamara dalam pertempuran kedua tanggal 9 dan 10 april 1946 itu, maka terhentilah perjuangan rakyat Sukamara. Setelah itu kampung Sukamara otomatis berada di bawah kekuasaan penjajah Belanda. Hingga kedaulatan penuh bisa direbut Indonesia setelah konferensi Meja Bundar 1949. Untuk sementara, rakyat Sukamara dapat ditaklukan Belanda.
Pertempuran yang berlangsung itu menjadi penanda bahwa kampung Sukamara merupakan kampung pejuang yang berani mempertahankan kemerdekaan. Jika di Jawa perlawanan pemuda dilaksanakan di kota Surabaya, maka di Kalimantan perlawanan terberat dialami sekutu di kota Sukamara.
Pertempuran itu telah membuktikan betapa kuatnya semangat patriotik dan tekat membela kemerdekaan dari seluruh rakyat Sukamara. Sebuah langkah perjuangan yang masih terus diturunkan dan dipelihara hingga hari ini dan selamanya.
Semoga dengan diluncurkannya buku sejarah kepahlawanan masyarakat Sukamara membuat Sukamara mengenali dirinya sebagai manusia yang merdeka dan siap mempertahankan apa yang sudah di perjuangkan para pahlawan guna membangun Sukamara lebih baik lagi. Amin.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!